Kamis, 25 April 2013

Birrul Walidain; Wujud “Cintaku” padaMu

(Katakan: "Wahai Ayah Bunda, Izinkan Aku Menjadi Anak yang Shalihah Untukmu")


Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tuanya dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut di sisimu maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya. Katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, ‘Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil.” (QS. Al-Isra [17]: 23-24) 

Ya, salah satu ibadah teragung di dalam Islam setelah mentauhidkan Allah adalah berbakti kepada kedua orang tua. Sekali lagi, berbakti kepada siapa? ”kedua orang tua”. Ketahuilah, sungguh bahwasanya berbakti kepada kedua orang tua hukumnya adalah wajib fardhu ‘ain. Tak peduli siapa orang tua kita, pekerjaannya, kehidupan sehari-harinya. Yang kita panggil ayah atau ibu, mama atau papa di rumah. Merekalah orang tua kita. 

Pernahkah terbayang dalam benak kita, saat kita sedang berada dalam perut Ibu. Betapa susahnya ia membawa kita kemanapun ia pergi? Namun sekalipun ia tak pernah mengeluh, ada makhluk lain “yaitu kita sendiri” dalam perutnya. Pernahkan terbayang dalam benak kita, Ayah atau Bapak setiap hari bekerja tanpa kenal lelah, mencari uang mati-matian hanya untuk membiayai hidup kita... agar kita bisa makan dan sekolah dengan enak?. Bayangkanlah, betapa beratnya beban dan tanggung jawab yang ada pada pundak-pundak mereka.

Sungguh Allah Subhânahu wa Ta’âlâ telah berfirman dalam Al-quran surat Luqmân ayat 14 yang berbunyi: “Wawashshoinal insaana biwaalidaihi hamalathu ummuhuu, wahnan alaa wahnin wafishooluhuu fii aamaini, anisykurlii waliwaalidaika ilayyal mashiir”, yang artinya adalah “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.

Rasanya tidak ada yang membantah bahwa orang tua adalah sosok terpenting dalam kehidupan kita. Cinta dan pengorbanannya tidak pernah mati ditelan waktu. Ayah dan Ibu adalah dua makhluk yang berbeda namun cinta mereka sangat luar biasa dan kita tidak akan mampu membalasnya sampai kapan pun.

Sudah selayaknya kita berbakti kepada kedua orang tua kita, terutama Ibu, karena dia telah mengandung kita selama 9 bulan, menyusui saat kecil, dan mengasuh dengan penuh kasih sayang. Allah SWT berfirman, “Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila anak itu telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun dan dia berdoa: "Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridhai, dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sungguh! aku bertaubat kepada Engkau dan sungguh aku termasuk orang-orang Muslim." (QS Al-Ahqaaf [46]: 15)

Dalam sebuah hadis dikisahkan bahwa dulu ada seorang laki-laki yang datang kepada Nabi Muhammad saw dan bertanya, “Siapa yang patut aku hormati?” Rasulullah menjawab, “Ibumu” Dia bertanya lagi, “kemudian siapa?” Rasulullah kembali menjawab “Ibumu” Dia bertanya lagi, “kemudian siapa?” Rasulullah menjawab lagi, “Ibumu”. Dan dia bertanya kembali, “kemudian siapa?” Lalu Rasulullah menjawab, “Ayahmu”. (HR. Bukhari Muslim)

Jangan Durhaka

Durhaka kepada kedua orang tua merupakan dosa yang sangat besar, yang disetarakan sebagai dosa syirik. Nabi Muhammad saw bersabda, “Maukah kamu saya terangkan tentang dosa yang besar? Mereka menjawab, ‘Mau ya Rasulullah!’ Maka berkatalah Rasulullah, ‘Menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua dan omongan dusta serta saksi dusta.” (HR. Bukhari Muslim)

Beberapa hal yang menurut kita sepele dan berkaitan dengan kedurhakaan seorang anak kepada kedua orang tua adalah sebagai berikut: Pertama, membuat keduanya menangis dan bersedih, dengan cara apapun baik dengan ucapan maupun perbuatan. Kedua, membentak keduanya dengan cara mengeraskan suara dan berkata-kata dengan kasar kepada kedua orang tua. Ketiga, berkata-kata dengan “ah” dan kesal terhadap perintah ibunya. Keempat, bermuka masam dan mengerutkan dahi di hadapan keduanya. Kelima, memandang keduanya dengan pandangan penghinaan. Keenam, memerintah keduanya. Ketujuh, mencela makanan yang disiapkan ibu. Kedelapan, tidak membantu keduanya dalam pekerjaan rumah. Kesembilan, mencuri barang milik orangtua. Kesepuluh, menitipkan mereka di panti jompo. Dan masih banyak lagi. 

Janganlah sekali-kali kita mendurhakai kedua orang tua kita. Takutlah akan adzab Allah bagi manusia yang durhaka kepada kedua orang tuanya. Kisah tentang Si Malin kundang adalah cerita rakyat yang perlu juga kita ambil hikmahnya. Karena tanpa disadari ternyata banyak sekali “malinkundang-malinkundang” lain di zaman sekarang ini. Semoga kita semua mendapat petunjuk dari Allah dan diberikan kemudahan dalam melaksanakan bakti kita kepada orang tua. Aamiin..

Cara Berbakti kepada Orang Tua

Bakti kita terhadap orang tua adalah hubungan antarsesama manusia (habluminannaas). Ada banyak cara untuk menunjukkan bakti kita kepada kedua orang tua. Pada zaman Nabi Muhammad saw beliau bertemu seorang pemuda yang pundaknya lecet-lecet. Rasulullah bertanya, “Kenapa pundakmu?” Anak muda itu menjawab, “Wahai Rasulullah, saya dari Yaman dan mempunyai seorang Ibu yang sudah sangat uzur (tua). Saya sangat mencintai dia dan selalu menggendongnya. Saya hanya melepasnya ketika buang hajat, ketika shalat atau ketika istirahat.”

Kemudian anak muda itu bertanya, “Apakah aku termasuk ke dalam golongan yang berbakti kepada orang tua?” Nabi Muhammad saw sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan, “Sungguh Allah SWT ridha kepadamu, kamu anak yang shaleh, anak yang berbakti. Tapi, ketahuilah anakku, cinta orang tuamu tidak akan pernah terbalaskan olehmu.”

Sebenarnya cara berbakti kepada orang tua itu bisa bermacam-macam. Saya mengutip pendapat dari Muhammad Assad dalam bukunya yang berjudul Notes from Qatar yaitu cara yang Pertama adalah Selalu mendoakan kedua orang tua kita. Terlebih doa dari anak shaleh untuk kedua orang tuanya tidak akan ditolak Allah. Dalam salah satu hadits Rasulullah saw. bersabda, “Apabila anak Adam meninggal, maka putuslah segala amalnya kecuali tiga perkara: Shadaqah jariyah, Ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakan kedua orang tuanya.” (HR. Abu Hurairah)

Kedua, Jangan mengecewakan kedua orang tua kita. Orang tua sudah bersusah payah menyekolahkan kita, bahkan saya sering mendengar cerita bagaimana orang tua teman-teman saya ikhlas menjual harta benda (rumah, mobil, dll) hanya untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Maka sebagai balasannya, bahagiakanlah mereka dan jangan pernah mengecewakan, apalagi membuat malu nama keluarga dengan sikap kita. Ketiga, Selalu belikan sesuatu kepada orang tua jika bepergian. Pernah suatu hari saya bepergian ke Istanbul Turki untuk menghadiri kompetisi ilmiah, sepulang darisana saya memberikan buah tangan berupa baju dan makanan khas turki untuk ibu dan ayah. Tidak harus dari luar kota/negeri juga, kalau kita lagi pergi ke mal atau restoran, take away saja makanan kesukaan mereka. “Sesuatu” ini tidak perlu mahal, karena yang terpenting dan poinnya adalah bentuk perhatian kita. 

Keempat, Jangan pernah mengucapkan kata-kata kasar kepada kedua orang tua kita. Perselisihan di dalam keluarga antara orang tua dan anak adalah wajar. Namun yang paling penting, saat kita berargumen, jangan sampai keluar kata-kata kasar yang bisa menyakitkan kedua orangtua. Contoh paling ringannya adalah seperti “ah” atau “yaelah”. Al Qur’an pun juga sudah dengan tegas melarang hal ini. Kelima, Bersikaplah terbuka kepada orang tua tentang apa yang terjadi pada diri kita. Karena kalau kita ada masalah pasti orang tua yang akan berdiri pertama kali untuk mendukung. Mereka juga selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. 

Keenam, Selalu membantu orang tua, baik diminta maupun tidak. Ini banyak contohnya, misalnya menemani ke pengajian, membantu masak di dapur atau beres-beres rumah. Bentuk pertolongan apapun itu, pasti akan membahagiakan kedua orang tua kita. Ketujuh, Umrah atau Haji-kan kedua orang tua jika sudah mampu. Kalau sudah punya rezeki yang cukup dan sudah mempunyai pekerjaan atau bisnis yang mapan, ya bolehlah kita kasih tiket PP ke Saudi Arabia agar orang tua kita bisa beribadah umrah atau haji. Insya Allah harta benda kita akan semakin berkah. 

Karena Ridha Allah = Ridha Orang Tua

Akhirnya, tujuan utama mengapa kita harus berbakti kepada orang tua adalah karena ridha Allah, ada di ridha orang tua. Seberapa besar dampak keridhhaan Allah terhadap kita? Wah besar sekali! Bahkan ada satu kisah seorang hamba yang shaleh yang dimasukkan ke dalam Surga hanya karena keridhaan Allah, dan bukan karena amal ibadahnya, Luar biasa bukan?.

Jadi kita harus selalu tahu batasan dan kadar kita sebagai anak yang tidak akan pernah menang melawan orang tua. Karena tujuan utama kita adalah mendapatkan keridhaan Allah, dan jalannya melalui orang tua. Semoga kita senantiasa menjadi anak-anak shaleh yang selalu berbakti kepada kedua orang tua. Semoga Allah Subhânahu wa Ta’âlâ senantiasa menuntun kita menjadi putra-putri yang berbakti pada orang tua dan jalan surga bagi keduanya. Sudahkah kita mendoakan orang tua atau paling tidak menyapa dan menanyakan kabar mereka hari ini?. 

Jika Orang Tua Telah Wafat

Berpulangnya salah satu atau kedua orang tua kita ke sisi Allah Subhânahu wa Ta’âlâ mungkin telah menorehkan tinta kesedihan yang mendalam bagi orang-orang yang ditinggalkan, tak terkecuali diri kita. Betapa tidak, mereka yang selalu ada kapanpun dan dimanapun kita butuhkan kini telah tiada. Namun, Allah Subhânahu wa Ta’âlâ telah mengabarkan kita bahwasanya Dia senantiasa menguji hamba-hambaNya. Sebagaimana firmanNya yang termaktub dalam surat Al-Baqarah ayat 155, “Dan sungguh, Kami pasti akan memberikan ujian kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. (Oleh karena itu) berilah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar.” 

Syaikh Muhammad Nasib Ar-Rifa’i dalam bukunya yang berjudul Taisirul ‘Aliyyil Qadir li ikhtishari Tafsir Ibni Katsir ikut menafsirkan firman Allah tersebut, “Dan juga kekurangan jiwa,” yaitu dengan meninggalnya kaum kerabat (orang tua). Oleh karena itu, bagi orang-orang yang mendapatkan cobaan dari Allah berupa kematian orang tua tercinta, semoga Allah senantiasa membalas kebaikan kepadamu atas musibah yang menimpamu dan memberikan ganti yang lebih baik bagimu, mengampuni dosa-dosa orang tua kalian yang meninggal, serta mencurahkan rahmat dan keridhaan kepadanya, menjadikan kuburannya sebagai taman di antara taman-taman surga, serta mengumpulkan kalian semua dengannya di surga Firdaus yang tinggi dengan rahmat-Nya. Sesungguhnya Dia Dzat Pemberi Rahmat yang terbaik. Sesungguhnya adalah hak Allah mengambil dan memberikan sesuatu, Segala sesuatu di sisi-Nya telah ditentukan dalam waktu tertentu. Oleh karena itu, hendaklah kalian bersabar dan mengharap pahala dari Allah (dengan sebab musibah tersebut).

Sebenarnya banyak hal mulia yang bisa kita hadiahkan untuk orang tua kita yang lebih dulu dipanggil oleh Allah Subhânahu wa Ta’âlâ. Pernah suatu saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam  sedang duduk-duduk bersama para sahabatnya. Datanglah seorang lelaki dari Bani Salamah lalu berkata,  “Ya Rasulullah, apakah masih ada kesempatan lagi untuk berbuat baik kepada kedua orangtuaku, setelah keduanya meninggal?” Nabi menjawab, “Mendoa’kan keduanya, memintakan ampun untuk keduanya, menyambung tali silahturahim kerabat-kerabatnya, dan memuliakan teman-temannya.” (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)

Sungguh sebuah kebanggaan bagi orangtua yang sudah meninggal dunia bila dia meninggalkan seorang anak shaleh yang selalu mendoakannya dan memohonkan ampunan kepada Allah untuknya. Anak shaleh seperti ini akan menjadi perbendaharaan yang sangat berharga bagi orangtuanya. Bahkan dalam sebuah Hadits, Rasulullah saw. mengategorikan anak shaleh seperti ini sebagai amal perbuatan manusia yang tidak akan terputus meskipun dia sudah meninggal dunia, di saat amal-amal yang lain terputus. Beliau bersabda : “Jika anak cucu Adam meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga (perkara), yaitu: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakannya. (HR. Tirmidzi)
Anak shaleh seperti inilah yang mampu mengangkat derajat orangtuanya yang sudah meninggal dunia, seperti disabdakan oleh Rasulullah saw :
“Setelah seseorang meninggal dunia, derajatnya akan ditinggikan, dia pun bertanya: ‘Wahai Tuhanku, kenapa derajatku ditinggikan?’ maka dijawablah: ‘Anakmu telah memohonkan ampunan untukmu.’” (HR. Bukhari)
Doakan terus orang tua kita pada setiap selesai shalat, baik shalat wajib maupun shalat sunnah apalagi ketika Qiyamullail. Mudah-mudahan kita termasuk ke dalam golongan anak shaleh tersebut, dan mudah-mudahan doa dan permohonan ampunan kita untuk kedua orangtua dikabulkan Allah Subhânahu wa Ta’âlâ. Aamiin..
Selain itu, perbanyaklah shadaqah dengan niat untuk orangtua kita, karena dalam sebuah Hadits, Rasulullah saw. bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian hendak mengeluarkan shadaqah, maka bila kedua orangtuanya Muslim, hendaklah dia niatkan shadaqah itu untuk kedua orangtuanya, niscaya kedua orangtuanya itu akan mendapatkan pahala shadaqah tersebut tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang bershadaqah.
Pada riwayat lain yang bersumber dari Ibnu Abbas, disebutkan bahwa Ibu Sa’ad bin Ubadah meninggal dunia saat Sa’ad bin Ubadah tidak berada di sampingnya. Sa’ad pun bertanya kepada Rasulullah saw.: “Wahai Rasulullah, ibuku telah meninggal dunia saat aku sedang tidak berada di dekatnya. Manfaatkah untuknya jika aku mensedekahkan sesuatu (yang pahalanya) diperuntukkan baginya?” Beliau menjawab: “Ya.” Mendengar jawaban itu, Sa’ad berkata: “Aku memintamu menjadi saksi bahwa kebunku ini sudah aku sedekahkan (dengan niat) untuknya (ibuku).”
Selain doa dan sedekah, kita juga dapat menyambung tali silahturahim kepada kerabat atau teman-teman orang tua kita. Teladan dalam bidang silahturahim ini salah satunya adalah Ibnu Umar ra. Dan pada suatu hari ketika ia sedang mengendarai himarnya, mendadak bertemu dengan seorang Badui. Maka seorang Badui bertanya, “Bukanlah kau si Fulan bin Fulan.” Jawabnya, “Benar.” Selanjutnya, diberikanlah himar dan sorbannya kepada Badui itu. Kawan-kawannya tertegun, lalu bertanya kepada Ibnu Umar. “Semoga Allah melimpahkan ampunan kepadamu, mengapa kau berikan himar dan sorban kepada si Badui itu?” Ibnu Umar menjawab, “Saya telah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya sebaik-baik bakti (kepada orangtua) adalah menghubungi bekas kawan-kawan ayah sepeninggalnya. Dan ayah orang ini dahulu teman (ayahku) Umar.” (HR. Muslim)
Ketika orangtua memiliki nadzar (janji) untuk melakukan amal shaleh, seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yaitu seorang perempuan suku Juhinah datang mengadu kepada Nabi, “Ibuku telah bernadzar pergi haji, tetapi beliau belum sempat melakukannya karena meninggal lebih dulu. Bolehkah saya menghajikan atas namanya?” Rasulullah menjawab, “Boleh. Hajikanlah atas namanya, sebab bagaimana pendapatmu jika ibumu mempunyai hutang, bukankah kamu yang melunasinya. Karena itu lunasilah hutang kepada Allah sebab Allah lebih patut dilunasi hutangnya.” Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita sebagai anak shaleh bertanggungjawab menulasi hutang-hutang nadzar orang tua kita. 
Wallahu A’lam bishawab.

PS: Kutuliskan sekelumit kata-kata ini dengan berlinangan airmata, dan penuh rasa cinta juga rindu yang mendalam kepada mendiang almarhumah ibuku dan ayah satu-satunya yang aku miliki.
Semoga kita dapat berkumpul bersama-sama lagi di Surga-Nya, Aamiin..
 

Kamis, 21 Maret 2013

Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un :')


Berpulangnya ibunda tercinta ke sisi Allah SWT telah menorehkan tinta kesedihan yang mendalam dihidupku..
Baru kali ini, aku memberanikan diri untuk menulis sepenggal kisah sedih yang selama ini telah kusimpan rapat-rapat..

Hari itu, tanggal 13 mei 2012, tepat pukul 4 subuh mendadak aku mendapat telepon dari kakak ke-2 ku yang bernama Hai. Tanpa ada firasat apapun, diriku yang masih setengah sadar segera mengangkat handphone yang berdering itu.

Begini sepenggal kisahnya..
Ka Hai : “Assalamu’alaikum”
Aku menjawab : “Wa’alaikumussalaam”
Ka Hai : “Adek sayang, pagi ini pulang ke balikpapan yaa.. Mama mau ketemu sama kamu. Setengah jam lagi adek dijemput Kak Aldo ya, nanti tiket pesawatnya biar kak Aldo yang ngurus.”
Suara kakakku yang tidak memperlihatkan adanya perasaan sedih sama sekali ini membuatku merasa tenang-tenang saja, tidak ada firasat sekalipun yang muncul.
Lalu aku menjawab : “Loh kak, kan adek udah pesen tiket hari kamis. Kok jadi pulang sekarang sih? Kan besok adek masih kuliah, masa’ adek bolos sih? Kenapa ga sekalian aja hari kamis? kan jum’at n sabtunya juga libur?.”
Ka Hai : “ Ya ampun adek, mama katanya kangen, mau ketemu adek hari ini juga. Pokoknya adek siap-siap sekarang ya sayang, Kak Aldo udah kakak telepon dari tadi, katanya udah on the way. Makanya mandi, shalat subuh, trus packing sekarang, cepet loh ya!”.
Aku : “ Oh gtu, Ya udah deh adek mau mandi dulu lah. Disini blum adzan kakak.”
Ka Hai : “ Oke, sip. Ntar klo ada apa-apa telepon kakak aja yaa..”
Aku : "Yaa sip, makasih ka.."  
Ka Hai : “Assalamu’alaikum.”
Aku : “Wa’alaikumussalaam.”

Singkat cerita, setelah Kak Aldo dan Teriosnya muncul dihadapanku, aku langsung menyapanya. Tak lupa, Kak Aldo dengan sigap mengambil koperku dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil.

Perbincangan hangat terjadi antara aku dan teman kakakku yang sudah ku anggap sebagai calon kakak iparku itu.

“Eh kak, kakak td bangun jam berapa? Maaf ya kak jadi ngrepotin kakak.. kakak kok baik banget sih mau-maunya pagi-pagi buta n dingin-dingin gini nganterin aku ke bandara haha.” Kataku.
“ Haha, tadi kakak tuh ga tidur dek.. Soalnya tadi jam 2 malam ada yang nyolong motornya temen kakak, makanya kakak bela-belain ga tidur buat nolongin nyariin motornya. Siapa tau pencurinya masih berkeliaran di sekitar jogja. Tadinya sih kakak lagi ngerjain tugas,Fil. Eh tapi kasian kan temen kakak, siapa coba yang nolongin klo bukan temen-temennya?. Dia itu orangnya baik fil, sering solat di masjid loh, tapi kok cobaannya berat banget ya, motornya dicuri orang segala?”. Padahal dia orang yg kurang mampu juga..” kata Kak Aldo.

“Yaa ampun kak, kasian banget ya temennya kakak tuh.. trus motornya udah ketemu belum kak? Smoga ada hikmah nya lah.. Tuhan itu kan Maha Adil, Pasti dapet ganti yang lebih baik, Insya Allah.. Smoga aja dia sabar ya hehe”

“Nah itu dia, Fil. Motornya ampe sekarang blom ketemu.. Gimana yaa. Tadinya sih mau lapor polisi, tapi temen kakak bilang udah ga usah, klo emang udh dicari ga ketemu juga, Yaa apa boleh buat di-ikhlasin aja lah katanya, Yaa smoga Tuhan mengganti yang lebih baik lah yaa, Aamiin.. Kata Kak Aldo.

“Nah ini kita mau kemana kak Aldo? Kok arahnya bukan ke bandara?” Kataku.
“Oh iya fil lupa bilang hehe ini kita ke tempat Kak Risdan dulu ya, nanti dia ikut mau ngurus tiket kamu juga. Kan tiketmu yg hari kamis itu mau di-cancel biar diganti hari ini (minggu)”. Kata Kak Aldo
“Oh gtu, Oke kak..” jawabku.

Singkat cerita lagi, Aku dan Kak Aldo sudah sampai di rumah Kak Risdan. Kak Risdan adalah saudara ipar dari sepupuku. Ya, bisa dibilang kami masih punya hubungan keluarga lah. Setelah sampai di rumah Kak Risdan ini, aku langsung berpamitan dengan ibunya. Setelah aku bersalaman dengan ibu Kak Risdan, beliau lalu mencium pipiku. Entah mengapa dia terlihat sedih dan berucap “Hati-hati ya nak”. Tapi sekali lagi, aku masih tidak punya firasat apa-apa. Aku hanya dapat berkata, “Iya tante, makasih ya..” sambil melambaikan tangan dan masuk ke dalam mobil.

Selama perjalanan kami ke airport, Kak Risdan dan Kak Aldo sejak tadi tidak terlihat sedang menyembunyikan sesuatu dariku. Mereka terlihat biasa-biasa saja. Malah kami sempat bercanda di dalam mobil.

Sesampainya di adi sutjipto, Kak Risdan dan Kak Aldo segera ke loket pembelian tiket untuk men-cancel tiketku yg hari kamis dan menggantinya dengan hari keberangkatanku.
“Fil, kamu tunggu disini aja ya. Ntar kopernya biar aku yang check-in in.” Kata Kak Aldo.
“Wah serius nih kak? hehe Oke deh kak, makasih ya..” Kataku.

Sesudah mengambil tiket, Aku langsung berpamitan dengan Kakak-kakak superheroku ini.. hehe
“Kakak, fila pamit ya.. Mau ketemu mama dulu hehe, katanya mama pengen ketemu ama fila. Nah, nanti kalo fila udah nyampe ke Balikpapan, fila mau ngehibur mama biar mama cepet sembuh”. Kataku.

Singkat cerita, akhirnya Aku tiba di Balikpapan dan disambut pelukan hangat oleh kakak ke-2 ku. Om ku yang bernama Taufiq juga ikut menjemputku. Di raut wajah mereka tidak terlihat perasaan sedih sama sekali. Makanya aku tidak curiga kalau-kalau terjadi sesuatu dengan mama di ruang ICU.  

Di perjalanan, aku merasa ada sesuatu yang aneh..
“Loh, kak kok ga langsung ke rumah sakit aja sih? Kan fila pengen ketemu mama, nge-hibur mama biar mama cepet sembuh.” Kataku.

Kakakku terdiam sejenak..
Lalu didekap dan dipeluknya tubuhku dengan erat,
“Adek sayang, yang kuat ya.. Mama udah ga ada sayang.”
Seketika itu air matanya mulai menetes, seakan tak mampu menahan rasa bersalahnya padaku.
Lalu dengan lembut dia mengelus kepala dan pundakku.. "Sabar ya sayang, Mama itu udah tersiksa banget sakitnya.. kasian kan mama klo pake alat-alat di ruang ICU terus, jadi lebih baik mama diambil sama Tuhan dan skrg pasti mama sudah tenang di sisi Allah SWT"

“Kakak, kenapa ga bilang dari awal? Airmataku mulai menetes, dan aku tutup mulutku seakan tidak percaya. Aku usap airmataku yang mengalir deras, Masih tak percaya. Mama telah diambil Tuhan. Telah kembali di sisi-Nya.. Dadaku rasanya sesak seperti terhantam benda tumpul.. Tak mampu lagi berkata-kata. Tak mampu lagi berpikir. Pikiranku hanya tertuju kepada mama. Mamaku yang lembut hatinya itu telah berpulang lebih dulu ke sisi-Nya.
Sedih.
Pilu.
Rasa Tak Percaya.

Singkat cerita,
Kami hampir tiba di rumah.
Dari kejauhan aku disambut dengan raut wajah sedih dari kakak iparku beserta orang” yang berkumpul di luar rumah.
Aku juga melihat ada beberapa tenda di luar rumah.
Lalu, Aku mulai melangkah masuk ke rumah..
Aku kuatkan hatiku, Bismillah...
Aku melihat keluarga, kerabat dekat maupun jauh, para tetangga dan teman ayah maupun ibu sudah memadati lingkungan luar maupun ruangan dalam rumah kami.
Banyak sekali orang-orang yang berdatangan ke dalam rumah kami saat itu.
Banyak orang berkumpul di luar maupun di dalam rumah.
itulah pemandangan yang aku rasakan.
Masih Tak Percaya.
Tak mampu tersenyum, namun tetap tegar.
itu yang aku bisa sejauh ini.

Segala puji bagi Allah,
Aku melihat ibuku yang sudah terbujur kaku itu tersenyum..
Ya, almarhumah ibuku meninggal dalam keadaan tersenyum..
seakan nyawa yang telah diambil Tuhan itu memang sudah tenang disisi-Nya..
Kami yang ditinggalkan menjadi lebih tabah dan kuat setelah melihatnya..

Alhamdulillah, aku bersyukur masih sempat memandikan almarhumah ibuku yang cantik dan putih ini,
masih sempat menciumi kening dan pipinya yang bersih dan berseri tanpa berderai airmata..
tetapi saat mensholatinya aku tak kuasa menahan isak tangis..
aku juga mengantarkan jenazahnya sampai ke liang lahat untuk ikut menguburnya..
dan mendoakannya dengan sepenuh hati..

Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un
Untuk ibu yang lebih dulu dipanggil Allah,
Tiada yang paling rindu,
Tiada yang paling pilu,
selain hatiku,
Andai engkau tau..

Dengan segala jatuh-bangunnya cerita kehidupanku,
kini setelah ibu berpulang,
aku sedikit berubah,
yang biasanya aku slalu berbagi kisahku denganmu,
setiap malam mungkin tiada yang tau apa yang aku lakukan,
aku hanya menyanggupi keinginanku untuk selalu mendoakanmu..
Yang ada hanya airmata yang menetes di atas mushafku,
Yang ada hanya lantunan surat Yaasin beserta doa-doa untukmu,
Yang ada hanya mukena yang basah karena mengusap airmataku,
Ditemani dengan sajadah, Aku berucap doa untukmu..

Mereka tidak mengerti,
Ada yang hilang dari jiwaku,
Engkau yg selalu menjadi pendengar setiaku,
malaikat tak bersayap yang berhati putih,
kini telah tiada,
Kini malam menjadi sendu,

Yang aku ingin,
Semoga Allah selalu menemani hatiku,
menuntun jiwaku,
dalam kerinduan yang mereka tidak pernah mengerti rasanya,
Untuk yang tercinta,
Almarhumah ibunda yang tutup usia 53 tahun,  
"Oh bunda ada dan tiada dirimu ‘kan slalu ada dihatiku.."

Kupersembahkan doa ini untukmu, Laila Murni binti Muhammad Rifanie :

"Allahummaghfirlaha...warhamha...wa'afiha...wa'fu'anha...wakrim nuzulaha...wawasi'madkhalaha...waghsilha bilmai wassalji walbaradi...wanaqqiha minalkhataya kama yunaqqa tsaubulabyadi minaddanasi wabdilha daran khairan min dariha...wazaujan khairan min zaujiha..waqiha fitnatalkabri wa'azabannar."

(Ya Allah ampunilah dosa-dosa ibuku...rahmatlah ibuku..beri maaflah ibuku...muliakanlah tempat ibuku...luaskanlah tempat kembali ibuku..jauhkanlah ibuku dari fitnah qubur dan azab neraka)

Semoga ibunda diterima disisi Allah dengan segala kerahmatan Allah....
Semoga kami, keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran dan ketabahan dan keberkahan..
insya Allah, kita akan bertemu kembali dan hidup bersama-sama lagi di surga-Nya..
Aamiin Yaa Rabb :)


Jumat, 14 Desember 2012

Ketika Muslimah Jatuh Cinta...


Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh...

Alhamdulillaahirabbil’aalamiin..
Sobat, senang sekali rasanya saya bisa berbagi cerita mengenai indahnya islam yang sudah saya dapatkan pada hari ini tanggal 14 desember 2012, smoga bermanfaat dan menjadi ladang amal bagi kita di Surga-Nya kelak, Aamiin 

Tulisan saya kali ini membahas soal HATI dan CINTA dalam PERSPEKTIF ISLAM, wow ‘so sweet’ :D

Ya, saya juga tidak tahu mengapa hari ini saya begitu bersemangat untuk mengikuti “KORMA” (Kajian for Muslimah) yang diselenggarakan oleh CMIA FKUII (Center for Medical Islamic Activities) pada saat kaum adam sedang melaksanakan shalat jum’at atau jum’atan di masjid..

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat keimanan dan keislaman sehingga hati saya tergerak untuk menuju ruang preklinik lantai 2 di FKUII siang itu bersama ukhty-ukhty yang lain untuk mendengarkan dan menyimak kajian yang bertemakan “Ketika Muslimah Jatuh Cinta”  
hmmm.. pembicaranya? Jgn ditanya.. tentunya oke banget : Mba Tita Al Khansa dari Psikologi.. SUPER deh pokoknya :D

Oke, langsung aja ke resume kajiannya n rangkuman artikel dari mba Tita yaa...
Sebenarnya CINTA itu mulanya adalah FITRAH, tak ada yang salah dengan cinta. Yang salah hanyalah pelaku cinta yang menjadikannya berwarna, ternoda.

Apa itu cinta ??
CINTA SEJATI itu semangat untuk memberi, selalu ingin melindungi dan memberi keleluasan pada yang dicintai. Ia BUKAN NAFSU untuk MEMILIKI, bukan juga pengekangan. Cinta di tangan orang-orang beriman, ia akan menjadi kekuatan, mengubah keegoisan menjadi kebijakan. Seperti Muawiyah yang memberikan kebebasan kepada istrinya, seorang gadis Badui, untuk pergi meninggalkannya dan menikah dengan kekasihnya. Seperti Umar bin Abdul Aziz yang memberikan kesempatan pada orang lain untuk menikahi orang yang dicintainya, Seperti Salman Al Farisi yang mengikhlaskan gadis yang hendak dipinangnya pada saudaranya.

So, gimana dong klo kita JATUH CINTA??
Berhati-hatilah ketika mengatakan “Aku mencintaimu”. Kata-kata itu sama artinya dengan ‘Aku akan selalu memberimu kebahagiaan, aku akan bersungguh-sungguh menjagamu, akan mempertaruhkan jiwa ragaku untukmu.’ Itulah pertanggungjawaban.

Lantas klo kita jatuh cinta, sanggup kah kita mempertanggungjawabkan rasa itu? Bertanggung jawab untuk mengikat dalam akad yang diridhoiNya. Atau kita hanya ingin mengumbar nafsu? Bukan, bukan rasa itu yang keliru. Tapi reaksi kita yang kadang menuju cinta semu. 

Jadi??
Klo kita belum siap mempertanggungjawabkan rasa itu, PENDAMLAH RASA ITU. Untuk apa kita ungkapkan? Bukankah jika dia menolak, hati akan terluka. Tapi klo cinta bersambut, pintu fitnah akan siap terbuka. Ke manakah akhirnya cinta tanpa pertanggungjawaban? 

Trus gimanaa dengan PACARAN??
Sobat, tak ada jaminan pacaran bertahun-tahun maka akan berakhir di pelaminan. Tak ada jaminan juga bahwa dengan pacaran akan cepat beradaptasi setelah menikah. Apalagi jaminan pernikahannya akan langgeng, tak ada!

Aktivitas pacaran jelas MENDEKATI ZINA. Emosi dan nafsu birahi berkumpul disana. Seberapapun kuat keimanan seseorang, syetan akan terus menggodanya untuk melakukan dosa pada saat berkencan, bertemu dengan pacarnya. 

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan jalan yang buruk.” (Q.S. Al Isra : 32)
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia bersunyi sepi dengan wanita yang tidak didampingi muhrimnya, sebab bila demikian syetanlah yang menjadi pihak ketiganya.” (HR. Ahmad)

Terkadang ada yang MENYANGKAL..
Hmmmm.. kami ga pacaran kok, cuma berjanji untuk saling menunggu.. Sobat, cinta tak kenal siaran tunda. Penantian hanya akan mengotori hati.  Segera putuskan untuk mengambil kesempatan atau ikhlas melepaskan. Menunggu hanya menyiksa kalbu.

Atau begini.. “Kami saling mengikhlaskan, yakin bahwa klo jodoh kelak kami akan bertemu, kami hanya menyambung silaturohim, sekedar chat via FB, smsan, telfonan, dan tak pernah ketemuan langsung.” Yakin niatnya lurus hanya ingin menyambung tali silaturohim? Apa isi obrolan di telepon, sms atau chat? Yang dilarang Allah itu mendekati zina, sob... Meskipun menolak disebut pacaran, toh juga berkhalwat, komunikasi intim dua insan lawan jenis dengan perantara apapun.

Yakinlah Muslimah, banyak kerugian yang akan kita tanggung ketika berpacaran. Bukan hanya murka Allah, tapi juga kerugian duniawi. Pernahkah kita berfikir, bahwa suami kelak akan bertanya “Pernahkah kamu mencintai laki-laki selain aku? Berapa kali kamu pacaran? Apa saja yang telah kalian lakukan selama pacaran? Lalu merenunglah, relakah kita memiliki pendamping hidup yang pernah disentuh orang lain apalagi menyerahkan jiwa raganya untuk orang lain?



Ketika kita SIAP MENIKAH..??
Tidak pacaran bukan berarti tidak bisa menikah. Yakinlah, Allah telah menyediakan pasangan untuk kita. Cara yang baik untuk bertemu pasangan terbaik. Pernikahan itu suci, maka jalan menuju pernikahan pun harus suci. Jangan bermimpi membangun rumah tangga sakinah jika jalan yang kita tempuh salah dan penuh maksiat.

Lalu? Buatlah Deadline kesiapan kita untuk menikah, Menyegerakan bukan berarti tergesa-gesa, kawan... 

PERHATIAN!!!
1. Ikhthiar
Mencari pendamping hidup bisa melalui: 

a.       Diri sendiri : Rentan dengan fitnah, karena tidak ada yang mendampingi. Penilaian terhadap ‘dia’ juga menjadi subyektif.

b.      Teman : Secara kematangan emosi, mungkin teman kita masih kurang sehingga perlu hati-hati juga jika mencari pasangan melalui teman. Jika ingin meminta bantuan teman untuk mencarikan pasangan, usahakan teman yang sudah menikah dan memiliki pemahaman agama yang baik.

c.       Orang tua : Apakah ortu kita memahami arah hidup kita? Jika jawabannya ya, orang tua sangat mungkin mencarikan pasangan. Namun, jika ortu belum memahami fikroh kita, utarakan detail kriteria seperti apa yang kita inginkan.

d.      Guru ngaji/Ulama : Meski bukan saudara kandung, guru ngaji insya Allah memahami fikroh, karakter dan arah hidup kita. Sampaikanlah secara jujur keinginan kita, Beliau lebih paham dengan proses ta’aruf dan adab-adabnya.

2. Memilih, tidak ada paksaan
Seorang gadis memiliki hak memilih. Tidak ada paksaan dalam menentukan pasangan hidup.

3. Realistis dan obyektif
Boleh-boleh saja kita bermimpi memiliki pasangan setampan Muhammad, selembut Abu Bakar, sekaya Utsman, seteguh Umar dan secerdas Ali. Hehe.. tapi adakah manusia pada zaman sekarang yang sesempurna itu? Cobalah realistis dan obyektif. Mungkin ada ikhwan yang tampan dan lembut, tapi kurang mapan. Ada juga yang sholeh dan mapan, tapi kurang rupawan... Obyektiflah menilai diri sendiri, sehingga kita juga obyektif menilai orang lain..

4. Boleh mencari informasi melalui orang terpercaya tentang ‘dia’
Hati-hati ketika mencari informasi, samarkanlah tujuan kita sehingga sumber informasi tidak curiga terhadap sikap kita, Hal ini penting untuk menjaga izzah masing-masing.

5. Mohon petunjuk dari Allah
Semua rahasia itu ada di tangan Allah. Mintalah petunjuk dari-Nya, siapa pasangan terbaik untuk kita. Panjatkan doa dalam sujud-sujud kita. Lakukan istikhoroh sampai hati kita menemukan kemantaban dan kecenderungan.. Jangan memaksa Allah jika berdoa, yakinlah Allah tahu yang terbaik.

Tapi kalo BELUM SIAP MENIKAH?

Gimana sih CARA untuk menjaga HATI kita dari hal” yang mendekati zina ?

1. Salurkan energi-energi ‘CINTA’ kita ke hal-hal yang positif misal: ikut kegiatan yang positif sekaligus mempererat ukhuwah islamiyah (ikut kegiatan sosial, kajian, pengajian, seminar, acara kepanitian, dll) 

2.  TAHAN SMS-an dgn si ‘dia’ , jgn sampai terkirim sms ke no.hp si ‘ikhwan’. Klo pengen smsan? Kirim aja sms ke teman” akhwat ttg motivasi, puisi, dll (utk saling mengingatkan dlm hal kebaikan/agama)

3. Salurkan CINTA kita ke teman” akhwat yg lain, org tua atau saudara” kita dengan melakukan hal-hal kebaikan yang membuat mereka senang. 

4. Mempertebal iman kita. Dekatkan diri dengan SANG PEMILIK HATI KITA, Siapa yang mempunyai hati kita? Tentu Allah SWT. 

5.Yang terakhir, Ingatlah bahwa ada yang selalu mengawasi tingkah laku kita : ALLAH SWT.

wallahu alam bishawab.. Semangat menuju SurgaNya, Insya Allah Aamiin :)