(Katakan: "Wahai Ayah Bunda, Izinkan Aku Menjadi Anak yang Shalihah
Untukmu")
“Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia
janganlah ia beribadah melainkan kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada
kedua orang tuanya dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya
atau kedua-duanya telah berusia lanjut di sisimu maka janganlah katakan kepada
keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya. Katakanlah kepada keduanya
perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh
kasih sayang. Dan katakanlah, ‘Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana
mereka menyayangiku di waktu kecil.” (QS. Al-Isra [17]: 23-24)
Ya,
salah satu ibadah teragung di dalam Islam setelah mentauhidkan Allah adalah berbakti kepada kedua orang tua. Sekali
lagi, berbakti kepada siapa? ”kedua orang tua”. Ketahuilah, sungguh bahwasanya
berbakti kepada kedua orang tua hukumnya adalah wajib fardhu ‘ain. Tak peduli siapa orang tua kita, pekerjaannya,
kehidupan sehari-harinya. Yang kita panggil ayah atau ibu, mama atau papa di
rumah. Merekalah orang tua kita.
Pernahkah
terbayang dalam benak kita, saat kita sedang berada dalam perut Ibu. Betapa
susahnya ia membawa kita kemanapun ia pergi? Namun sekalipun ia tak pernah
mengeluh, ada makhluk lain “yaitu kita sendiri” dalam perutnya. Pernahkan
terbayang dalam benak kita, Ayah atau Bapak setiap hari bekerja tanpa kenal
lelah, mencari uang mati-matian hanya untuk membiayai hidup kita... agar kita bisa
makan dan sekolah dengan enak?. Bayangkanlah, betapa beratnya beban dan
tanggung jawab yang ada pada pundak-pundak mereka.
Sungguh Allah Subhânahu wa Ta’âlâ telah
berfirman dalam Al-quran surat Luqmân ayat 14 yang berbunyi: “Wawashshoinal insaana biwaalidaihi hamalathu
ummuhuu, wahnan alaa wahnin wafishooluhuu fii aamaini, anisykurlii
waliwaalidaika ilayyal mashiir”, yang artinya adalah “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.
Rasanya tidak ada yang membantah bahwa orang tua
adalah sosok terpenting dalam kehidupan kita. Cinta dan pengorbanannya tidak
pernah mati ditelan waktu. Ayah dan Ibu adalah dua makhluk yang berbeda namun
cinta mereka sangat luar biasa dan kita tidak akan mampu membalasnya sampai
kapan pun.
Sudah selayaknya kita berbakti kepada kedua orang
tua kita, terutama Ibu, karena dia telah mengandung kita selama 9 bulan,
menyusui saat kecil, dan mengasuh dengan penuh kasih sayang. Allah SWT
berfirman, “Dan Kami perintahkan kepada
manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya
dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa
mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila anak itu
telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun dan dia berdoa: "Ya
Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah
Engkau limpahkan kepadaku dan kepada orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat
kebajikan yang Engkau ridhai, dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir
sampai kepada anak cucuku. Sungguh! aku bertaubat kepada Engkau dan sungguh aku
termasuk orang-orang Muslim." (QS Al-Ahqaaf [46]: 15)
Dalam
sebuah hadis dikisahkan bahwa dulu ada seorang laki-laki yang datang kepada
Nabi Muhammad saw dan bertanya, “Siapa yang patut aku hormati?” Rasulullah
menjawab, “Ibumu” Dia bertanya lagi, “kemudian siapa?” Rasulullah kembali
menjawab “Ibumu” Dia bertanya lagi, “kemudian siapa?” Rasulullah menjawab lagi,
“Ibumu”. Dan dia bertanya kembali, “kemudian siapa?” Lalu Rasulullah menjawab,
“Ayahmu”. (HR. Bukhari Muslim)
Jangan Durhaka
Durhaka
kepada kedua orang tua merupakan dosa
yang sangat besar, yang disetarakan
sebagai dosa syirik. Nabi Muhammad saw bersabda, “Maukah kamu saya terangkan
tentang dosa yang besar? Mereka menjawab, ‘Mau ya Rasulullah!’ Maka berkatalah
Rasulullah, ‘Menyekutukan Allah, durhaka
kepada orang tua dan omongan dusta serta saksi dusta.” (HR. Bukhari Muslim)
Beberapa
hal yang menurut kita sepele dan berkaitan dengan kedurhakaan seorang anak
kepada kedua orang tua adalah sebagai berikut: Pertama, membuat keduanya
menangis dan bersedih, dengan cara apapun baik dengan ucapan maupun perbuatan. Kedua,
membentak keduanya dengan cara mengeraskan suara dan berkata-kata dengan kasar
kepada kedua orang tua. Ketiga, berkata-kata dengan “ah” dan kesal terhadap
perintah ibunya. Keempat, bermuka masam dan mengerutkan dahi di hadapan
keduanya. Kelima, memandang keduanya dengan pandangan penghinaan. Keenam,
memerintah keduanya. Ketujuh, mencela makanan yang disiapkan ibu. Kedelapan,
tidak membantu keduanya dalam pekerjaan rumah. Kesembilan, mencuri barang milik
orangtua. Kesepuluh, menitipkan mereka di panti jompo. Dan masih banyak lagi.
Janganlah
sekali-kali kita mendurhakai kedua orang tua kita. Takutlah akan adzab Allah
bagi manusia yang durhaka kepada kedua orang tuanya. Kisah tentang Si Malin kundang
adalah cerita rakyat yang perlu juga kita ambil hikmahnya. Karena tanpa
disadari ternyata banyak sekali “malinkundang-malinkundang” lain di zaman
sekarang ini. Semoga kita semua mendapat petunjuk dari Allah dan diberikan kemudahan
dalam melaksanakan bakti kita kepada orang tua. Aamiin..
Cara Berbakti kepada Orang Tua
Bakti
kita terhadap orang tua adalah hubungan antarsesama manusia (habluminannaas).
Ada banyak cara untuk menunjukkan bakti kita kepada kedua orang tua. Pada zaman
Nabi Muhammad saw beliau bertemu seorang pemuda yang pundaknya lecet-lecet.
Rasulullah bertanya, “Kenapa pundakmu?” Anak muda itu menjawab, “Wahai
Rasulullah, saya dari Yaman dan mempunyai seorang Ibu yang sudah sangat uzur
(tua). Saya sangat mencintai dia dan selalu menggendongnya. Saya hanya
melepasnya ketika buang hajat, ketika shalat atau ketika istirahat.”
Kemudian
anak muda itu bertanya, “Apakah aku termasuk ke dalam golongan yang berbakti
kepada orang tua?” Nabi Muhammad saw sambil memeluk anak muda itu dan
mengatakan, “Sungguh Allah SWT ridha kepadamu, kamu anak yang shaleh, anak yang
berbakti. Tapi, ketahuilah anakku, cinta orang tuamu tidak akan pernah
terbalaskan olehmu.”
Sebenarnya
cara berbakti kepada orang tua itu bisa bermacam-macam. Saya mengutip pendapat
dari Muhammad Assad dalam bukunya yang berjudul Notes from Qatar yaitu cara yang Pertama adalah Selalu mendoakan kedua orang tua kita. Terlebih doa
dari anak shaleh untuk kedua orang
tuanya tidak akan ditolak Allah. Dalam salah satu hadits Rasulullah saw.
bersabda, “Apabila anak Adam meninggal, maka putuslah segala amalnya kecuali
tiga perkara: Shadaqah jariyah, Ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakan kedua orang
tuanya.” (HR. Abu Hurairah)
Kedua, Jangan
mengecewakan kedua orang tua kita. Orang tua sudah bersusah payah menyekolahkan
kita, bahkan saya sering mendengar cerita bagaimana orang tua teman-teman saya
ikhlas menjual harta benda (rumah, mobil, dll) hanya untuk membiayai sekolah
anak-anaknya. Maka sebagai balasannya, bahagiakanlah mereka dan jangan pernah
mengecewakan, apalagi membuat malu nama keluarga dengan sikap kita. Ketiga, Selalu belikan sesuatu kepada
orang tua jika bepergian. Pernah suatu hari saya bepergian ke Istanbul Turki
untuk menghadiri kompetisi ilmiah, sepulang darisana saya memberikan buah
tangan berupa baju dan makanan khas turki untuk ibu dan ayah. Tidak harus dari
luar kota/negeri juga, kalau kita lagi pergi ke mal atau restoran, take away saja makanan kesukaan mereka.
“Sesuatu” ini tidak perlu mahal, karena yang terpenting dan poinnya adalah
bentuk perhatian kita.
Keempat, Jangan
pernah mengucapkan kata-kata kasar kepada kedua orang tua kita. Perselisihan di
dalam keluarga antara orang tua dan anak adalah wajar. Namun yang paling
penting, saat kita berargumen, jangan sampai keluar kata-kata kasar yang bisa
menyakitkan kedua orangtua. Contoh paling ringannya adalah seperti “ah” atau
“yaelah”. Al Qur’an pun juga sudah dengan tegas melarang hal ini. Kelima, Bersikaplah terbuka kepada
orang tua tentang apa yang terjadi pada diri kita. Karena kalau kita ada
masalah pasti orang tua yang akan berdiri pertama kali untuk mendukung. Mereka
juga selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya.
Keenam,
Selalu membantu orang tua, baik diminta maupun tidak. Ini banyak contohnya,
misalnya menemani ke pengajian, membantu masak di dapur atau beres-beres rumah.
Bentuk pertolongan apapun itu, pasti akan membahagiakan kedua orang tua kita. Ketujuh, Umrah atau Haji-kan kedua
orang tua jika sudah mampu. Kalau sudah punya rezeki yang cukup dan sudah
mempunyai pekerjaan atau bisnis yang mapan, ya bolehlah kita kasih tiket PP ke
Saudi Arabia agar orang tua kita bisa beribadah umrah atau haji. Insya Allah
harta benda kita akan semakin berkah.
Karena Ridha Allah = Ridha Orang
Tua
Akhirnya,
tujuan utama mengapa kita harus berbakti kepada orang tua adalah karena ridha
Allah, ada di ridha orang tua. Seberapa besar dampak keridhhaan Allah terhadap
kita? Wah besar sekali! Bahkan ada satu kisah seorang hamba yang shaleh yang dimasukkan ke dalam Surga
hanya karena keridhaan Allah, dan bukan karena amal ibadahnya, Luar biasa
bukan?.
Jadi
kita harus selalu tahu batasan dan kadar kita sebagai anak yang tidak akan
pernah menang melawan orang tua. Karena tujuan utama kita adalah mendapatkan
keridhaan Allah, dan jalannya melalui orang tua. Semoga kita senantiasa menjadi
anak-anak shaleh yang selalu berbakti
kepada kedua orang tua. Semoga Allah Subhânahu wa Ta’âlâ senantiasa
menuntun kita menjadi putra-putri yang berbakti pada orang tua dan jalan surga
bagi keduanya. Sudahkah kita mendoakan orang tua atau paling tidak menyapa dan
menanyakan kabar mereka hari ini?.
Jika Orang Tua Telah Wafat
Berpulangnya
salah satu atau kedua orang tua kita ke sisi Allah Subhânahu wa Ta’âlâ mungkin
telah menorehkan tinta kesedihan yang mendalam bagi orang-orang yang
ditinggalkan, tak terkecuali diri kita. Betapa tidak, mereka yang selalu ada
kapanpun dan dimanapun kita butuhkan kini telah tiada. Namun, Allah Subhânahu
wa Ta’âlâ telah mengabarkan kita bahwasanya Dia senantiasa menguji
hamba-hambaNya. Sebagaimana firmanNya yang termaktub dalam surat Al-Baqarah
ayat 155, “Dan sungguh, Kami pasti akan memberikan ujian kepadamu dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. (Oleh karena itu) berilah kabar gembira
kepada orang-orang yang bersabar.”
Syaikh
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i dalam bukunya yang berjudul Taisirul ‘Aliyyil Qadir li ikhtishari Tafsir Ibni Katsir ikut menafsirkan
firman Allah tersebut, “Dan juga kekurangan jiwa,” yaitu dengan meninggalnya
kaum kerabat (orang tua). Oleh karena itu, bagi orang-orang yang mendapatkan
cobaan dari Allah berupa kematian orang tua tercinta, semoga Allah senantiasa membalas
kebaikan kepadamu atas musibah yang menimpamu dan memberikan ganti yang lebih
baik bagimu, mengampuni dosa-dosa orang tua kalian yang meninggal, serta
mencurahkan rahmat dan keridhaan kepadanya, menjadikan kuburannya sebagai taman
di antara taman-taman surga, serta mengumpulkan kalian semua dengannya di surga
Firdaus yang tinggi dengan rahmat-Nya. Sesungguhnya Dia Dzat Pemberi Rahmat
yang terbaik. Sesungguhnya adalah hak Allah mengambil dan memberikan sesuatu,
Segala sesuatu di sisi-Nya telah ditentukan dalam waktu tertentu. Oleh karena
itu, hendaklah kalian bersabar dan mengharap pahala dari Allah (dengan sebab
musibah tersebut).
Sebenarnya
banyak hal mulia yang bisa kita hadiahkan untuk orang tua kita yang lebih dulu
dipanggil oleh Allah Subhânahu wa Ta’âlâ. Pernah suatu
saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam sedang duduk-duduk bersama
para sahabatnya. Datanglah seorang lelaki dari Bani Salamah lalu berkata,
“Ya Rasulullah, apakah masih ada kesempatan lagi untuk berbuat baik kepada
kedua orangtuaku, setelah keduanya meninggal?” Nabi menjawab, “Mendoa’kan
keduanya, memintakan ampun untuk keduanya, menyambung tali silahturahim
kerabat-kerabatnya, dan memuliakan teman-temannya.” (HR. Ibnu Majah dan
Ibnu Hibban)
Sungguh sebuah kebanggaan bagi orangtua yang sudah
meninggal dunia bila dia meninggalkan seorang anak shaleh yang selalu
mendoakannya dan memohonkan ampunan kepada Allah untuknya. Anak shaleh seperti ini akan menjadi
perbendaharaan yang sangat berharga bagi orangtuanya. Bahkan dalam sebuah Hadits,
Rasulullah saw. mengategorikan anak shaleh
seperti ini sebagai amal perbuatan manusia yang tidak akan terputus meskipun
dia sudah meninggal dunia, di saat amal-amal yang lain terputus. Beliau
bersabda : “Jika anak cucu Adam meninggal dunia, maka terputuslah semua
amalnya kecuali tiga (perkara), yaitu: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat
dan anak shaleh yang mendoakannya.”
(HR. Tirmidzi)
Anak shaleh
seperti inilah yang mampu mengangkat derajat orangtuanya yang sudah meninggal
dunia, seperti disabdakan oleh Rasulullah saw :
“Setelah seseorang meninggal dunia, derajatnya akan ditinggikan, dia pun bertanya: ‘Wahai Tuhanku, kenapa derajatku ditinggikan?’ maka dijawablah: ‘Anakmu telah memohonkan ampunan untukmu.’” (HR. Bukhari)
“Setelah seseorang meninggal dunia, derajatnya akan ditinggikan, dia pun bertanya: ‘Wahai Tuhanku, kenapa derajatku ditinggikan?’ maka dijawablah: ‘Anakmu telah memohonkan ampunan untukmu.’” (HR. Bukhari)
Doakan terus orang tua kita pada setiap
selesai shalat, baik shalat wajib maupun shalat sunnah apalagi ketika Qiyamullail. Mudah-mudahan
kita termasuk ke dalam golongan anak shaleh
tersebut, dan mudah-mudahan doa dan permohonan ampunan kita untuk kedua orangtua
dikabulkan Allah Subhânahu wa Ta’âlâ. Aamiin..
Selain itu, perbanyaklah
shadaqah dengan niat untuk orangtua kita, karena dalam sebuah Hadits,
Rasulullah saw. bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian hendak
mengeluarkan shadaqah, maka bila kedua orangtuanya Muslim, hendaklah dia
niatkan shadaqah itu untuk kedua orangtuanya, niscaya kedua orangtuanya itu
akan mendapatkan pahala shadaqah tersebut tanpa mengurangi sedikitpun pahala
orang yang bershadaqah.”
Pada riwayat lain yang bersumber dari Ibnu Abbas,
disebutkan bahwa Ibu Sa’ad bin Ubadah meninggal dunia saat Sa’ad bin Ubadah
tidak berada di sampingnya. Sa’ad pun bertanya kepada Rasulullah saw.: “Wahai
Rasulullah, ibuku telah meninggal dunia saat aku sedang tidak berada di
dekatnya. Manfaatkah untuknya jika aku mensedekahkan sesuatu (yang pahalanya)
diperuntukkan baginya?” Beliau menjawab: “Ya.” Mendengar jawaban itu, Sa’ad
berkata: “Aku memintamu menjadi saksi bahwa kebunku ini sudah aku sedekahkan
(dengan niat) untuknya (ibuku).”
Selain doa dan sedekah, kita juga dapat menyambung tali silahturahim kepada
kerabat atau teman-teman orang tua kita.
Teladan
dalam bidang silahturahim ini salah satunya adalah Ibnu Umar ra. Dan pada suatu
hari ketika ia sedang mengendarai himarnya, mendadak bertemu dengan seorang
Badui. Maka seorang Badui bertanya, “Bukanlah kau si Fulan bin Fulan.”
Jawabnya, “Benar.” Selanjutnya, diberikanlah himar dan sorbannya kepada Badui
itu. Kawan-kawannya tertegun, lalu bertanya kepada Ibnu Umar. “Semoga Allah
melimpahkan ampunan kepadamu, mengapa kau berikan himar dan sorban kepada si
Badui itu?” Ibnu Umar menjawab, “Saya telah mendengar Rasulullah bersabda,
‘Sesungguhnya sebaik-baik bakti (kepada orangtua) adalah menghubungi bekas
kawan-kawan ayah sepeninggalnya. Dan ayah orang ini dahulu teman (ayahku)
Umar.” (HR. Muslim)
Ketika orangtua
memiliki nadzar (janji) untuk melakukan amal shaleh, seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yaitu seorang perempuan
suku Juhinah datang mengadu kepada Nabi, “Ibuku telah bernadzar pergi haji,
tetapi beliau belum sempat melakukannya karena meninggal lebih dulu. Bolehkah
saya menghajikan atas namanya?” Rasulullah menjawab, “Boleh. Hajikanlah atas
namanya, sebab bagaimana pendapatmu jika ibumu mempunyai hutang, bukankah kamu
yang melunasinya. Karena itu lunasilah hutang kepada Allah sebab Allah lebih
patut dilunasi hutangnya.” Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita sebagai anak shaleh bertanggungjawab menulasi hutang-hutang nadzar orang
tua kita.
Wallahu A’lam bishawab.
PS: Kutuliskan
sekelumit kata-kata ini dengan berlinangan airmata, dan penuh rasa cinta juga rindu
yang mendalam kepada mendiang almarhumah ibuku dan ayah satu-satunya yang aku
miliki.
Semoga kita dapat berkumpul bersama-sama lagi di Surga-Nya, Aamiin..
Semoga kita dapat berkumpul bersama-sama lagi di Surga-Nya, Aamiin..